ilmu falaq ustad (1)


Rukyat Itjimak Ustad Sangkut (1)

Ilmu Penanggalan Sarat Pesan Ibadah
PALEMBANG – Selama beberapa tahun terakhir, nama Y Sangkut Soleh atau biasa dikenal dengan ustad Sangkut makin dikenal. Kehadirannya pada kesempatan peneropongan posisi hilal dan rukiyat yang digelar oleh Kementrian Agama Provinsi Sumsel melengkapi musyawarah majelis penetapan penanggalan 1 Ramadan. 
Ustad berusia 75 tahun ini menyakini perhitungan manual rukyat Itijimak dengan menggunakan alat lebih sederhana, seperti gawang lokasi juga membantu umat muslim mengetahui posisi bulan sebagai tanda pergantian hari.
Dengan fasih berbahasa Arab, Ustad alumnus IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang memulai kuliah di tahun 1963 ini menerangkan jika ilmu falaq yakni ilmu yang menghitung dan mengetahui posisi bulan sebagai pedoman penanggalan dan pergantian waktu dalam agama islam. Ilmu itu tidak bisa berdiri sendiri. Ilmu tersebut juga didukung ilmu fiqih, yakni mengenai hukum islam hingga ilmu syariat, yakni pedoman agama. Kerana itu, ilmu penanggalan islam yang dahulu berkembang dan dipelajari di berbagai lembaga perguruan tinggi melalui metode ilmu falaq, juga melekat dengan ilmu lainnnya.
“Saya itu mendalami Hilal dan Rukiyat, saat masih menjadi pegawai negeri sipil di Pengadilan Tinggi Agama Islam. Di instansi itu, dahulunya ada bagian dalam menentuan hilal, atau tanggal islam,”ujarnya dengan antusias menerangkan kemarin.
Lalu, sekitar tahun 1983, Ustad Sangkut diutus Pengadilan Tinggi Agama Islam Sumsel mengikuti Diklat Hilal dan Rukyat di kota Bandung. Dengan basid pendidikan agama islam tadi,  Ustad yang biasa menjadi imam masjid Al Falah di jalan Basuki Rahmat ini mengaku makin mendalami kemampuann dalam menghitung dan mengetahui posisi bulan sebagai penanggalan islam. Saat itu, berbagai literatur yang diberikan juga ada yang berbahasa arab tanpa tanda baca (huruf arab gundul).
“Beruntungnya, waktu kuliah saat perang PKI itu, saya sempat masuk Fakultas Adab. Di Fakultas itu, ada dua cabang ilmu yakni sastra islam dan sejarah kebudayaan. Keduannya, membuat saya cukup bisa mengerti bahasa arab. Itu kenapa, saat Diklat itu, memanfaatkan untuk menimbah ilmu,”terangnya saat ditemui di kediamannnya di jalan Basuki Rahmat nomor 66 A RT 24 Lorong Indras Kelurahan Pahlawan Kemuning.
Bapak dua anak ini mengatakan proses dan mempelajari perhitungan penanggalan islam sebenarnya ada tiga metode, namun metode Ijitimak yang terus didalami. Alasannya, ilmu ini sangat sering dipakai dalam perhitungan posisi bulan sebelum perkembangan alat optik modern, seperti teropong dan lainnnya. Perhitungan metode itijimak juga memberi sangat bermanfaat untuk pelaksanaan ibadah, terutama sholat lima waktu. 
“Ada rumus dan buku tabelnya, semuannya berbahasa arab. Mendalami ilmu ini, seperti menggabungkan banyak ilmu, seperti matematika dan fisika, termasuk ilmu geografi hingga ilmu ibadah,”terangnya dengan logat yang  terbata-bata akibat faktor umur.
Di usia senja ini, ia masih berkeinginan mengembangkan dan meneliti ilmu falaq yang telah puluhan tahun dipelajarinya. Bagi ia, Ilmu Falaq memberikan khasanah kebesaran Allah SAW dalam mengatur seluruh ciptaannnya, baik diBumi dan di Langit. Bagaimana sedari dulu, para ilmuan islam menentukan bulan-bulan islam, tanggal, detik hingga derajat bulan dalam menentukan waktu (masa) untuk keperluan beribadah.
“Waktu sholat lima, juga ditentukan dengan mengukur posisi lintang, bujur dan derajat matahari di bumi. Semuannya tulah, dinamakan Hisab-Falaq. Sekarang, sudah tidak banyak ilmu itijimah ini dipelajari dan teraplikasi di Palembang, terutama mereka yang melihat hilal dengan metode hitung manual nan alat sederhana itu,”ungkap Sungkur yang merupakan sulung dari empat saudara. (bersambung)

Komentar

Postingan Populer