Ziarah Kubro Palembang



Ziarah Kubro
Jaga Tradisi dan Doakan Para Auliyah Palembang
Tasmalinda
PALEMBANG – Memasuki sepekan terakhir bulan Syahban, ribuan umat muslim Palembang Darusallam, terutama kalangan habaib menggelar ziarah ke makam para auliyah. Tadi Minggu (14/6) pagi, arak-arakan ziarah kubro dimulai dari setelah sholat shubuh. Para jemaah yang seluruhnya laki-laki berbusana serba putih dan menggunakan gamis, dengan tabuhan musik marawis berkumpul di perkampungan Alawiyin Sungai Bayas. Hari minggu ini merupakan puncak ziarah kubro yang sudah berlangsung sejak Jum’at (12/6).
Dengan untaian syair shalawat dalam alunan tabuhan qasidah,  sekitar pukul 08.30 wib, umat muslim yang juga banyak berasal dari luar negeri ini mengawali arak-arakkan menuju kawasan Makam Al Habib Pangeran Syarif Ali bin Syeikh Abubakar. Di komplek pemakaman di kelurahan 5 Ilir Boom Baru ini, juga dimakamkan keluarga besarnya, diantaranya Pangeran Syarif Ali, yang merupakan iparnya. Kedua auliyah ini dikenal menyebarkan islam hingga kepelosok terpencil sungai Musi, mulai dari daerah Pegayut, Pemulutan, Muara Batun, Lingkis, Ulak Temago, hingga Suko Darmo.
“Sedari pagi, puncak ziarah kubro dilaksanakan. Di Palembang, cukup banyak para auliyah, karena itu pelaksanaan ziarah dilakukan tiga hari berturut-turut dengan mendatangi makam yang berbeda,”terang Seketaris Panitia ziarah kubro dan haul Palembang Darussalam, Ustad Abu Bakar Rafiq kemarin.
Di makam Al Habib itu, penziarah melakukan salam ziarah, ziarah Muktasor serta doa dan qasidah Shofat Li. Setelah selesai, para jemaah yang juga melengkapi arak-arakan dengan umbul-umbul kalimat tauhid, menyusuri jalan menuju kawasan Kawah Tengkurep. Di kawasan pemakaman yang terletak di Kelurahan 3 Ilir Boom Baru itu, di makam yang dibangun oleh Sultan Mahmud Badaruddin I itu, dimakamkan banyak Imam Kubur, yakni para penasehat agama kesultanan. Makam Imam Kubur, juga berdampingan dengan makam Sultan Mahmud Badaruddin I. Mereka para imam kubur yang dimakamkan diantaranyaAl Arif Billah Al Habib Abdullah bin Idrus Al Idrus, Al Arif Billah Al Habib Abdurarahman bin Husin Al Idrus. Al Arif Billan Al Habib Muhammad bin Ali Al Haddad, atau dikenal Datuk Murni juga dimakamkan berdampingan dengan Sultan, termasuk imam kubur lainnya.
“Yang melaksanakan ziarah kubro ini, hampir seluruh keturunan, anak dan cucu para Habib dan para ulama islam. Itu kenapa, setiap akan Ramadan, banyak keturunan yang ingin berziarah. Dahulunya, ziarah ini dilakukan sendiri-sendiri, baru tahun 2003 ditertibkan dengan pelaksanaan ziarah kubro dan haul,”ungkap Ustad Abu.
Di pemakaman Kawah Tengkurep ini juga terdapat rumah milik Waliyah, Hubabah Sidah bin Abdulla bin Agil Al Madihij. Beliau merupakan ulama yang dikabarkan pernah bertemu Rosullah SAW hingga mengakibatkan aroma rumahnya harum dan wangi. Karena itu, warga dan keturunan terus merawat rumah tersebut hingga kini. Sekitar pukul 11.00 wib, barulah umat muslim laki-laki dari berbagai lintas usia ini, menuju pusat pemakaman di Kambang Koci.
Meski terletak di halaman parkir pelabuhan peti kemas milik Pelido II, kawasan makam memiliki lahan menampung ribuan umat islam yang ingin berziarah. DI sini, selain mendoakan, juga didengarkan ceramah agama dari Imam besar dari luar Palembang. Lokasi halaman pelabuhan, yang cukup berdekatan dengan pemakaman Kawah Tengkurep, membuat jemaah cukup mudah menjangkauny, meski harus menyusuri lokasi-lokasi sepanjang jejeran peti kemas.
“Di halaman itu juga digelar sholat Dzuhur berjemaah. Setelahnya, umat makan bersama ala masyarakat Habaib, yang menyajikan nasi minyak yang dimakan oleh empat orang dalam satu nampan secara bersamaan,”ujar ia.
Ustad Abu mengatakan, pada tahun ini, tamu dari luar Palembang makin banyak. Beberapa tokoh islam dari luar Sumatera dan luar negeri, hadir dalam arak-arakan puncak ziarah kubro. Mereka berasal dari Madinah, Yaman, Singapura, Thailand, Fhilipina, dan kota-kota besar di Indonesia. Para tokoh Islam yang menjadi tamu tahunan diantaranya, Imam Habib Umar bin Abdulrahman Al Zufri dari Madinah, Habib Sholeh Al Idrus dari Malang, Habib Bagir Al Atas dari Pekalongan.  
“Ziarah kubro dan haul ini juga sudah menjadi agenda wisata. Setalah puncak ziarah kubro, pada sore harinya digelar wisata bahari,”katanya.
Sebelumnya, ba’dah Shubuh Jum’at (12/6), shalawat disertai doa memuja kebesaran Nabi Muhammad SAW digemakan. Serangkaian kegiatan ziarah qubro dan haul, tepat di 10 hari terakhir di bulan Syah’ban tahun ini, mulai digelar. Di Palembang, ziarah kubro dan haul menjadi rutinitas tahunan bagi umat muslim, terutama mereka yang merupakan kalangan Habaib yakni keturunan Arab yang dinyakin masih memiliki tali keluarga dengan Auliyah dan Nabi Muhammad SAW.
Saat itu, berbondong-bondong mereka mengawali ziarah dengan berkumpul di masjid Darul Muttaqien, tepat di simpang tiga Pasar Kuto. Ratusan umat muslim laki-laki menggemakan syair islam dengan alat musik rabana dalam musik Marawis. Menapaki jalan M Isa, para umat islam dari berbagai kalangan umur itu, menuju kawasan makam Al Habib Ahmad bin Syeikh Shahab di Lorong Gubah 8 Ilir Palembang. Tidak hanya bersalawat, jemaah umat islam juga mengagungkan syair pujian kebesaran Nabi dengan alunan musik nan khusyuk.

Ditambahkan Ustad Abu Bakar, ziarah kubro akan berlangsung selama tiga hari. Hari pertama Jum’at pagi, ziarah dibuka dengan mendatangi komplek makam di Gubah Duku. Komplek pemakaman yang dibangun Ahmad bin Syeikh Shahab, juga dimakamkan banyak ulama dan waliyullah yang merupakan kerabat para ulama. 
Aqil bin Muhammad bin Yahya. “Iring-iringan diawali dari masjid lalu beriringan ke makam Al Habib
Ahmad Syech Shahab, tapi mampir dulu di makam Al Habib,”katanya.
Diketahui, di kawasan makam Al Habib Ahmad yang dibangun diatas tanah hibah ayahnya itu, juga dimakamkan para ulama dan waliyullah mulai dari Al Habib Abdullah bin Idrus Shahab, yang merupakan ayah dari Al Habib Qulbu Tarim Hadhramaut. Dimakamkan juga Al Habib Syech bin Ali Shahab, Al Habib Umar bin Hud As Seggaf, Al Habib Ali bin Alwi Shahab, Al Habib Abdurrahman bin Ahmad Al Bin Hamid, Al Habib Abdurrahman bin Ahmad Al Musawa. Habib Ahmad yang diketahui wafat di bulan Sya’ban
tahun 1.300 H merupakan alim ulama yang semasa hidupnya menimpa ilmi hingga ke Hadhramaut.
Dahulu, kata Ustad Abu, kegiatan ziarah dan mendoakan (haul), dilaksanakan sendiri dan tidak terlalu terkordinir. Namun sepanjang tahun, kegiatan itupun makin ramai dan akhirnya dikordinir dengan
tertib melalui kegiatan ziarah kubro. Sekitar tahun 2003 dikenalkan menjadi kegiatan bersama dan mulai dihadiri banyak tokoh islam dan alim ulama dari luar pulau Sumatera dan luar negeri. 
Serangkaian kegiatan ziarah kubro dan haul akan mencapai puncaknya pada hari Minggu (14/6). Di Palembang, dia mengatakan, makam-makam para ulama cukup banyak. Sehingga untuk pelaksanaan ziarah dibagi dalam beberapa hari, dengan mendatangi tiga kawasan komplek pemakaman.
Kerena itu, pelaksaan jiarah digelar dalam tiga hari berturut-turut, “Karena cukup banyak ulama besar, ziarah dilaksanakan pada pagi hari dan haul pada malam hari,”tandasnya.


Sebelum menuju kawasan pemakaman itu, Jemaah umat menyempatkan berziarah di makam Al Habib
Sementara itu, salah satu umat yang ikut ziarah kubro dari awal Syahrin, 35, mengatakan ziarah kubro dan haul yang dilaksanakan pada sebelum Ramadan, menjadi rutinitas tahunan. Niarnya untuk mendoakan para haul dan tokoh-tokoh islam Palembang, termasuk mencari berkah dan pahala dengan mendatangi makam-makam para alim ulama tersebut. Selain itu, ziarah yang diikuti banyak ulama besar itupun, menjadi bentuk transpormasi nilai agama pada generasi muslim Palembang.
“Selain mendoakan para auliyah. Mengajak anak juga menjadi pembelajaran ajaran islam pada yang lebih muda. Juga menjadi transisi nilai kepada genarasi muslim untuk mengingat kematian dan meneladani para tokoh islam Palembang,”ungkapnya.
Pada sabtu harinya, para jemaah memulai ziarah di pemakaman telaga Sewidak, 14 Ulu Palembang. Sebelum menuju pemakaman Al Habib Ahmad bin Hasan Al Habsyi itu, para umat jemaah berkumpul di Kampung Karang Panjang 12 Ulu Palembang. Melintasi situs perkampungan Alawiyyin Al Munawwar. Di perkampungan ini, dinisbahkan pada Habib Abdurrahman bin Muhammad Al Munawwar, seroang ulama yang besar dalam perkembangan dakwah di Palembang. Kompek pemakaman tersebut juga sudah diakui sebagai cagar budaya oleh pemerintah. Setelahnya, jemaah itupun bergerak ke pemakaman Babus Salam, 16 Ulu.
“Di hari kedua, biasanya banyak jemaah yang naik perahu ketek menyebrang sungai dari ilir ke hulu,” ujar jemaah lainnya, Syamsul Alam. 

Komentar

Postingan Populer